Sigi,Portalsulawesi Id –Briptu Yuli Setyabudi , seorang anggota Polri dari Kepolisian Resor Sigi menjadi perhatian dunia Maya , sejumlah pengakuan blak-blakan dari anggota Polisi yang juga sering tampil sebagai konten kreator di jagad Maya di Sulawesi Tengah.
Dalam pengakuannya yang dipublikasikan sejumlah media , Yuli Setyabudi menjadi viral pasca videonya yang memuat konten mobil bodong menghebohkan publik. Bahkan menurut Briptu Yuli Setyabudi, akibat kontennya tersebut dirinya harus menerima resiko di mutasi.
“Awalnya, saya membuat video atas permintaan dari warga atau netizen terkait mobil bodong,” ungkap Budi, Jumat (10/05/2024), dikutip dari media Inipalu.com
Masih menurut Budi,dalam kontennya tersebut dimaksudkan untuk memberikan edukasi, namun terjadi kesalahpahaman terkait judul video.
“Saya menerima banyak apresiasi karena memberikan edukasi kepada masyarakat, namun, saya juga memahami bahwa judul konten tersebut mungkin kurang tepat,” tambahnya.
Budi juga menyampaikan kebingungannya terkait perlakuan yang diterimanya setelah video tersebut viral.
“Saya berpikir, mengapa jika salah sedikit saja, kita sebagai bawahan langsung mendapat hukuman, sementara pimpinan tidak mendapat sanksi yang sebanding dengan kesalahan yang mereka lakukan?” katanya.
Briptu Budi mengaku mengalami ketidakadilan terkait perlakuan dalam hal honorarium dan proses operasional lainnya. Saya berharap agar anggaran dan penghargaan diberikan secara proporsional dan transparan kepada seluruh anggota.
“Saya alami pada saat operasi lilin, honor yang saya tanda tangan satu koma empat sekian,” ungkap Budi.
“Tapi herannya, dalam sprint itu kan banyak tapi yang terima vitamin dalam pospam itu cuma tiga orang, di potongnya sekitaran lima ratus ribu. Itu saya tidak tahu kemana.” Kata Budi.
Budi memakai istilah Vitamin untuk honorium atau uang insentif operasi yang diperuntukkan bagi anggota yang terlibat PAM Natal dan Tahun Baru ( Nataru).
Kontroversi tersebut, menurutnya, bukanlah serangan terhadap institusi, melainkan kekecewaan pribadi yang dialaminya.
“Saya berharap agar perlakuan terhadap anggota polisi, baik itu bintara maupun perwira, lebih adil dan tidak mencari-cari kesalahan. saya di sini mencari keadilan,” tandasnya.
Menanggapi hal tersebut, Kapolres Sigi AKBP Reja A. Simanjuntak, SH. SIK menampik apa yang disampaikan anggotanya ke Publik.
Kepada media ini, Orang nomor satu di Polres Sigi ini menyampaikan bahwa apa yang diutarakan anggotanya tersebut adalah sebuah pemahaman yang keliru dan tidak benar.
“Terkait yang dia sampaikan dikonten dia,kami semua telah diperiksa Propam Polda , hasilnya semua administrasinya lengkap semua ,juga masalah anggaran yang dia bilang terkait operasi lilin dan pengamanan tahun baru, semua telah diperiksa dan transparan ” Ujar Kapolres melalui sambungan telepon ke redaksi media ini, Sabtu (10/05/2024).
Kapolres Juga menjelaskan bahwa benar pihaknya mendapat kucuran dana hibah dari Pemda Sigi yang diperuntukan buat dana operasional pengamanan Natal dan Tahun Baru serta hari hari besar lainnya yang nominalnya tidak lebih dari Rp.150 juta . ” Memang ada anggaran hibah dari Pemda Sigi terkait kegiatan seperti pengamanan Natal dan Tahun Baru , tetapi kemampuan dukungan anggaran Polres Sigi hanya mampu 50 personil, tetapi untuk operasi lilin kan tidak mungkin cuma melibatkan 50 personil, maka di sprint itu ada 137 personil ” jelas Kapolres
Masih menurut Kapolres bahwa kalo cuma 50 personil untuk pos PAM saja tidak cukup, ada sekitar 7 Pos Pam yang diisi 7-8 personil ,nah kita melibatkan banyak personil karena ada yang PAM Ibadah di gereja -gereja, ada yang patroli dan sebagainya sehingga judulnya pemerataan , sehingga kalo dia bilang pemotongan dia salah besar karena dia tidak tau dan tidak bertanya ” urai perwira Melati Dua ini.
Maka, untuk mengatasi kekurangan anggaran tersebut maka anggaran yang 50 personil ini dibagi rata agar semua mendapat bagian dalam penugasan PAM Nataru tersebut. ” Jadi kalo dia bilang anggaranya dipotong,ya…yang dipotong yang mana? dan Propam Polda sudah memeriksa administrasi kami semua dan lengkap semuanya ” urainya.
Kapolres juga menjelaskan bahwa dalam memberikan insentif kepada personilnya yang terlibat dalam PAM Nataru ,pihaknya langsung memberikan secara tunai kepada anggota tanpa potongan . ” Semuanya cash dan tidak ada potongan,uang operasi Ndak ada kita dorong ke rekening personil, yang benar adalah anggota langsung ambil dan tanda tangan, sehingga itu semua yang menjadi bukti pertanggungjawaban keuangan anggaran ” bebernya.
Bahkan, Kapolres secara terang terangan menjelaskan bahwa pihaknya pada saat jelang lebaran atau Natal dan Tahun Baru mendapat bantuan dana hibah pengamanan dari Pemkab Sigi . ” Kita memang menerima bantuan dana hibah ,nilainya tidak besar dan dana tersebut kami pakai untuk praops, rakorlinsek ( rapat koordinasi lintas sektoral) yang kita ngundang instansi-instasi sebelum operasi ,sudah kita putuskan sekian anggarannya ,kemudian Lapraops anggarannya sekian, ada juga anggaran posko..posko dan pos PAM juga butuh anggaran operasional ” kata mantan Danyon B Pelopor Brimob Kelapa Dua Polri ini.
Selaku Kapolres Sigi,dirinya menyesalkan sikap anakbuahnya yang cenderung memilih curhat dimedsos dengan berkoar koar ketimbang bertanya kepada para pejabat yang ada dilingkup Polres Sigi. ” Kalo Ndak ngerti ya tanyalah kepada para pejabat dilingkup Polres Sigi, Kalo dia dipolsek ya tanyalah kepada Kapolseknya,kalo dipolres ada saya,ada Waka,Kabag Kabag, kasat kasat,kan seperti itu ” sesal mantan Kapolres Banggai Kepulauan ini.
Reza juga menambahkan bahwa pada setiap operasi ada Wasop baik dari tingkat Polda yakni Irwasda maupun dari Mabes yakni Irwasum, setiap operasi paling minim dua kali pihaknya dikunjungi.
Khusus terkait penjatuhan sanksi penahanan dan demosi , Kapolres selaku pimpinannya dinilai wajar karena Briptu Yuli Setiabudi telah banyak membuat kesalahan baik dalam bentuk pidana ,kode etik ataupun disiplin. ” Terkait penahanannya ,ya wajar karena yang bersangkutan melakukan pelanggaran pidana,kode etik dan disiplin ,masak anggota yang melakukan pelanggaran kita tidak hukum,nanti masyarakat yang protes kalo kita tidak tegakkan hukum “.jelasnya.
Untuk persoalan Mutasi yang dialami Briptu Yuli Setiabudi ,Kapolres menganggap hal itu wajar dan sesuai putusan sidang etik yang berlaku. ” Hasil sidang kode etik,putusannya adalah Demosi mutasi,tetapi masih seputar wilayah Polres Sigi ,makanya kami mutasikan ke Polsek ” kata Kapolres.
Yang paling disesalkan Kapolres adalah konten yang dibuat Briptu Yuli Setyabudi terkait mobil bodong ,dimana materi kontennya menurutnya sangat berpotensi menyebabkan ketersinggungan antar TNI-Polri yang pastinya berdampak terhadap sinergitas TNi-Polri.
” Dia bikin konten terkait dugaan mobil bodong yang dimiliki anggota TNI, kan rawan…bisa memicu kesalah pahaman ,kita ini unsur pimpinan sebisa mungkin menjaga sinergitas,jangan nanti ada ketersinggungan akhirnya sinergitas jadi rusak lagi ” sesalnya.
Lagian menurut Kapolres, dalam aturan Polri ada beberapa rambu rambu yang wajib ditaati semua anggota Polri terkait pengelolaan konten . ” Di Polri ada TR terkait ngonten atau apalah,jika merasa dikangkangi aturan, sekalian saja mundur dari dinas Kepolisian ” pungkasnya.***
Pewarta : Firmansyah
Editor. : Heru