Palu, Portalsulawesi.id- Anggaran yang digelontorkan oleh Pemerintah Pusat melalui Balai Prasarana Pemukiman Wilayah (BPPW) Sulteng tahun Anggaran 2021-2022 untuk pembangunan Infrastruktruk sarana sekolah telah lebih lima bulan dikerjakan, proyek dengan Nominal mencapai Rp.72 Milyar lebih ini selain terkesan lelet juga kualitas pekerjaaanya diduga tidak sesuai spesifikasi tehnis yang di isyaratkan dalam kontrak.
Proyek yang didanai dari Pos APBN tersebut dikerjakan oleh PT. Karya Bangun Mandiri Persada dengan PT Karya Putra Mandiri Adisarana selaku KSO (Kerjasama Operasional) dikerjakan dengan 31 titik sekolah yang berbeda dengan titik sebaran di empat Kabupaten terdampak bencana.
Kucuran dana Gelondongan yang digelontorkan diperuntukkan bagi pembangunan serta rehabilitasi sarana dan prasarana sekolah dengan tingkat kerusakan yang bervariatif, sayangnya Kondisi pelaksanaan dilapangan terkesan asal asalan bahkan minim pengawasan.
Didusun Tompu Desa Ngatabaru misalnya, Balai Prasarana Pemukiman Wilayah (BPPW) Sulteng menetapkan pembangunan sebuah sekolah seatap (SATAP) dengan sebutan Sekolah Satu Atap (SATAP) 7 Sigi,
Di dusun Tompu, tahun 2022 dibangun satu dua ruang kelas untuk peserta didik SMP ditambah dua kelas Sekolah Dasar Tompu lengkap dengan WC serta Gedung kantor sekolah SATAP.
Sayangnya, diproyek ini ditemukan Pondasi sekolah yang dibangun dengan metode penggunaan FootPlat atau cakar ayam nampak masih ditemukan memakai material seadanya untuk susunan batu pondasinya, parahnya beton sisa bongkaran sekolah lama dipakai sebagai batu pondasi.
Demikian pula dengan penempatan posisi bangunan sekolah, lokasi yang dipakai sebagai lokasi pembangunan sekolah baru berada dibekas tanah perbukitan yang telah diratakan , sehingga sangat berpotensi terhadap pergeseran tanah disaat curah hujan tinggi.
“lokasi ini disisi sebelah barat hanya ditimbun pakai Exkavator, tidak dipadatkan,makanya ada pondasi yang turun itu “ ujar salah satu sumber yang ditemui di lokasi pembangunan.
Kontraktor pelaksana seakan berburu waktu memacu bobot volume kerja dengan mengabaikan spesifikasi tehnis, kedalaman pasangan batu pondasi yang bervariatif diantara pasangan cakar ayampun lolos dari pengawasan Konsultan bahkan pengawas internal BPPW.
Belum lagi kualitas batako yang dijadikan pasangan dinding sekat ruangan yang kualitasnya diragukan, pasalnya kontraktor hanya memgandalkan kemampuan tukan lokal dalam memproduksi batako.
” batako kami cetak sendiri pak, satu sak.bisa jadi 90 buah batako ” ungkap salah satu tukang batu yang ditemui dilokasi pembangunan , Sabtu (21/05/2022).
Terkait penggunaan beton sisa bongkaran sebagai batu pondasi diakui oleh tukang dilokasi kerja sebagai alternatif dikarenakan minimnya material yang disiapkan Kontraktor.
” batu pondasi jenis batu kali susah disini, kontraktor hanya pakai batu yang diambil dari gununng disekitar saat buka jalan kemari , sedangkan semen kami irit pakainya ” jelasnya.
Sebuah retakan tampak mengangga pada struktur badan pondasi sekolah dengan panjangnya mencapai 3 meter lebih ,struktur batu pondasi yang mengalami retakan sudah tampak menggantung ditanah yang tidak dipadatkan tersebut. Kondisi tersebut seakan diabaikan kontraktor pelaksana.
Lain di Tompu lain pula di SDN Raranggonao, pekerjaan serupa di Dusun Raranggonao Desa Pombewe Kecamatan Sigi setali tiga uang dengan Sekolah SATAP di Tompu.

Kondisi pegunungan yang dijadikan lokasi sekolah menjadi alasan Kontraktor untuk lalai dalam pengawasan, Konsultan dan PPK juga beralasan serupa.
Di SDN Rarangonao, pemasangan Foorplat ditepi tebing sangat rentan dengan bencana tanah longsor , sekolah yang dibangun diatas bekas Cuttingan bukit di Dusun terakhir desa Pombewe tersebut juga ditemukan beberapa Pondasi bangunan yang telah retak dan menggantung.
Dugaan kedalaman susunan batu pondasi pun terjadi di sekolah ini, beberapa sudut bangunan tampak dangkal galian pondasinya.
Kondisi ini jelas berpotensi merugikan Negara, bahkan bangunan yang dirancang untuk tahan gempa tersebut menjadi sebuah proyek sia sia jika tidak dikerjakan dengan professional.
Kuat dugaan, dalam melakukan pemasangan batu Pondasi, pekerja mengabaikan pekerjaan dasar berupa penggunaan lantai kerja dengan mempergunakan pasir urug.

Bahkan kedalaman galian pondasi ,pemakaian besi dan kualitas Batako dibeberapa sudut tampak jelas “Bermain ” ukuran dan kualitas yang disyaratkan dalam kontrak.,
Sementara itu, ditemui dikantornya , Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) pengembangan sarana dan prasarana pendidikan, olahraga & pasar II Wilayah Sulawesi Tengah, Rachman Dg.Tinri ST bersikeras jika pihaknya mengawasi ketat pelaksanaan proyek tersebut. ” Untuk beton bekas yang dijadikan batu pondasi sudah kami suruh bongkar ” kelitnya.
Sementara itu, Hotman selaku Kontraktor pelaksana mengatakan pihaknya tidak pernah menyuruh tukangnya memakai material yang tidak sesuai spek, bahkan dia berdalih kekeliruan itu murni kesalahan tukang.
” tukang punya kerjaan itu,kami tidak pernah memerintahkan pakai batu pondasi dari tembok bekas ” akunya.
Dilapangan juga ditemukan adanya retakan panjang dipasangan batu pondasi di sisi barat gedung sekolah SDN Tompu.
Sementara itu, Konsultan pengawas dari PT.Ciriajasa Enggineering Consultan ,Syamsir beralasan pihaknya sangat sedikit personil dalam melakukan pekerjaan pengawasan. “Saya baru sembuh operasi, nanti temuan itu kami tindak lanjuti ” ujarnya.****
Pewarta : TIM SP2