Palu,Portalsulawesi.Id- Sinar matahari pagi yang menyengat kulit serta tebaran debu menjadi suasana lazim di ruas jalan Nasional Palu-Donggala, lalu lalang kendaraan umum bercampur mobil angkut perusahaan yang bertonase besar adalah rutinitas yang terus disuguhi kepada masyarakat yang tinggal disekitar pesisir teluk palu tersebut.
Derita warga yang bermukim disepanjang ruas jalan Nasional Palu-Donggala berupa ancaman penyakit ISPA dan penyakit kulit adalah keluhan yang menjadi lagu wajib yang terus didendangkan warga, suara mereka kalah dengan raungan mesin kreser dan alat berat dari puluhan perusahaan Galian C yang beroperasi sepanjang pesisir pegunungan yang membentang dari selatan ke Utara teluk palu.
Keluhan senada juga dilontarkan para pengguna jalan ,mereka yang melintasi ruas jalan Nasional tersebut melontarkan sumpah serapah terhadap kondisi jalan yang rusak,berkerikil dan berdebu pekat.
Keadaan tersebut memicu kepedulian sejumlah pihak, mereka menamakan diri Koalisi Petisi Palu-Donggala , Sebuah Koalisi yang lahir dari rasa kepedulian atas nasib sesama pengguna jalan. Puncaknya, mereka menggalang petisi dan berharap menjadi pemicu perubahan dari kondisi alam yang telah rusak parah diperkosa investor galian C.
Mereka yang berkoalisi adalah Jatam Sulteng, Walhi Sulteng, YTM, KOMIU,Himasos,Ekonesia,SP Palu,WeSpeakUp.org Senat Mahasiswa UIN Datokarama Palu, serikat pewarta progresif dan banyak lagi elemen masyarakat bergerak bersama,menyatukan pikiran untuk melakukan aksi protes terhadap tebaran debu yang semakin masif.
Selasa pagi ( 21/05/2024) , Koalisi Petisi Palu-Donggala menggelar Aksi Pembagian Masker di Sekitar Sungai Nggolo, Kelurahan Buluri, Kecamatan Ulujadi Kota Palu. Hal ini dilakukan sebagai upaya merespon keluhan warga lingkar tambang terkait Debu yang di akibatkan perusahaan pertambangan galian C di wilayah itu.
Dengan membentang sejumlah spanduk dan pamflet yang bertuliskan sejumlah pesan yang memprotes kondisi ruas jalan diteluk palu khususnya perlintasan ruas Palu-Donggala.para aktivis ini turut membagikan masker untuk pencegahan dini terhadap debu.
Arman Seli, Warga Kelurahan Buluri usai pembagian masker mengatakan bahwa persoalan debu sudah cukup lama menjadi keluhan warga setempat.
“Awalnya, saya membuat petisi online mendesak Perusahaan galian C di Palu dan Donggala agar tertib terhadap lingkungan hidup,” Kata Arman yang juga Wakil Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi Pembagian Masker.
Petisi tersebut kata Arman, merupakan respon warga yang berada di sekitar pertambangan.
Selanjutnya petisi itu ditanggapi oleh sejumlah organisasi masyarakat sipil dan individu-individu yang terpanggil.
“Jatam Sulteng, Walhi Sulteng, YTM, KOMIU,Himasos,Ekonesia,SP Palu,WeSpeakUp.org Senat Mahasiswa UIN Datokarama Palu dan masih banyak lainnya. Dari diskusi yang berkembang disepakati pembagian masker hari ini,” ungkap Arman.
Uniknya, sejumlah aktivis perempuan yang bergabung dalam aksi tersebut membawa pamflet yang bertuliskan terkait mahalnya Scincare yang korban terpapar debu tambang galian C.
” Debu bikin Mahal Skincare, Tanah & Air adalah nyawa perempuan, Debu merusak Skincare kami ” tulis mereka d pamflet.
Dari data resmi Dinas Kesehatan Kota Palu, kasus Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA) mengalami peningkatan yang signifikan. Sebagai contoh, penderita ISPA di kelurahan Tipo pada tahun 2022 tercatat 955 penderita, meningkat menjadi1159 penderita ditahun 2023. Sementara itu dikelurahan Watusampu pada tahun 2022 ,penderita ISPA yang tercatat sebanyak 826 penderita dan naik menjadi 1256 penderita.
Dikelurahan Kabonena kota Palu, kasus ISPA pada tahun 2022 sebanyak 225 penderita dan naik menjadi 822 tahun 2023, sementara pada kelurahan Silae , kasus ISPA terjadi dengan 479 penderita pada tahun 2022 dan meningkat menjadi 645 penderita ditahun 2023.
“Saya kira dengan banyak nya warga lingkar tambang menderita ISPA harus menjadi perhatian serius pemerintah dalam hal ini gubernur sulawesi tengah dan walikota Palu agar mengambil langkah-langah kongkrit. Seperti klinik kesehatan gratis dan memberi sanksi kepada perusahaan tambang yang tidak tertib dalam pengelolaan sumber daya alam ” ungkap Arman
Sementara itu, Fitri S. Pairunan, Ketua Solidaritas Perempuan (SP) Palu mengatakan ambisi pembangunan IKN yang menjadikan Sulawesi Tengah sebagai salah satu daerah penyangga IKN untuk kebutuhan material dengan pembangunan berwatak patriaki dan karakter ekstraktif melakukan mengeksploitasi sumber- sumber kehidupan perempuan di Buluri.
” Mengorbankan kepentingan hidup perempuan dan menghancurkan kearifan, tradisi dan budaya perempuan. Aktivitas perusahaan juga menghilangkan sumber ekonomi perempuan yang sebagai pemecah batu. Kini aktivitas tersebut telah dirampas oleh teknologi-teknologi dan sistem dari perusahan yang meminggirkan perempuan,” Terang Fitri.
Dalam situasi lainnya, Sambung Fitri bahwa aktivitas pertambangan sangat berdampak pada kesehatan perempuan, anak, balita dan lansia yang harus menghirup debu setiap harinya.
“Kesehatan reproduksi perempuan terancam akibat tercemarnya sumber air masyarakat dari aktivitas pertambangan. Hal yang tidak terlihat adalah pengabaian nilai pengetahuan dan pengalaman serta posisi perempuan dalam mengolah dan menjaga alamnya melalui berbagai tradisi upacara-upacata adat, termaksud peran dalam pengelolaan pangan dan pengetahuan pengobatan,” Ungkap Fitri.***
Pewarta : Heru