Parimo, Portalsulawesi.Id – Aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin ( PETI) diwilayah Kabupaten Parigi Moutong telah menjadi momok sejak lama, kandungan biji emas dalam perut kabupaten yang terkenal dengan Lalampa Tobolinya ini menjadi magnet para pendulang emas dari berbagai penjuru.
Banyak sudah kasus PETI diwilayah hukum Polres Parimo ini dilaporkan ,baik secara perorangan ataupun lembaga. Kasus kerusakan lingkungan sampai kematian mewarnai polemik PETI di Parimo, sayangnya semua itu ibarat lagu lama yang terus berulang setiap pergantian Kapolres.
Dalam catatan redaksi media ini ,polemik kasus PETI di Parimo telah ada sejak jabatan Kapolres Parigi Moutong dijabat AKBP Zulham Efendi Lubis hingga AKBP Jovan Reagan Semual. Polisi terkesan sulit menjamah para pelaku PETI dan kroni kroninya , bahkan penanganannya selalu ” timbul tenggelam “.
Parahnya, tidak sedikit oknum aparat ikut terlibat dalam kegiatan ilegal tersebut. Baik selaku pemodal, penghubung, beking hingga pengelola. Keadaan diperparah dengan bergabungnya sejumlah politisi dan pemodal jumbo kolega Petinggi APH.
Maka wajar saja kasus PETI di Parimo ibarat orang sakit gigi. ” Terkadang sakit terkadang sembuh “.
Sebutlah kawasan PETI di Kayu Boko, Aer Panas, Buranga hingga Lobu , adapula di Tinombo, Sidoan hingga sausu. Kasus perburuan biji emas dilokasi tersebut kerap abaikan keselamatan pekerja dan bahkan memperkosa lingkungan , penggiat lingkungan hingga aktivis turut bungkam bersama waktu hening bak mati dalam dekapan.
Kondisi yang sama pula berlaku dijajaran Penegak Hukum, Polisi yang diamanahkan menjaga Marwah hukum negara seakan tak berdaya. Para cukong dan beking tambang galian C hingga tambang emas ilegal di Parigi Moutong faham kondisi dan situasi,cukup rangkul pimpinan maka bawahan akan bersikap siap salah.
Pisah sambut pimpinan baru jadi ajang seremoni silaturahmi kunci menjaga Sinergitas kolega dalam membangun komunikasi, baik ucapan terima kasih kepada pejabat lama maupun ucapan selamat datang dan memperkenalkan diri kepada pejabat baru.
Kasus PETI sejak Kapolres Parimo di percayakan kepada AKBP Zulham Efendi Lubis dan berlanjut pada masa kepemimpinan AKBP Andi Batara Purwacaraka. Bahkan, dimasa AKBP Andi Batara Purwacaraka selaku Kapolres , lokasi PETI di Buranga saat itu menelan belasan korban tewas akibat tertimbun reruntuhan galian kubangan
Pasca AKBP Andi Batara Purwacaraka, jabatan Kapolres diserah terimakan kepada AKBP Yudy Arto Wiyono. Daerah ini kembali sempat menjadi perhatian publik, menyusul aksi demonstrasi ribuan warga diwilayah Kecamatan Tinombo Selatan yang memblokade jalan Trans Sulawesi.
Upaya pembubaran paksa ribuan demonstran dilakukan oleh pihak gabungan aparat kepolisian yang berjaga saat itu menyebabkan satu nyawa anak bangsa terenggut, Polda Sulteng sempat memproses kasus ini tetapi hingga saat ini tidak jelas akhir penanganannya.
Rotasi kembali terjadi, Setelah AKBP Yudy Arto Wiyono menjabat kurang lebih 1 tahun 8 bulan, giliran AKBP Jovan Reagan Samual menahkodai Polres Parigi Moutong. Mirisnya dimasa kepemimpinan AKBP Jovan Reagan Samual, aktivitas PETI diwilayah daerah ini justru semakin sulit terbendung.
Pada masa kepemimpinan Jovan Reagan Samual, akvitas PETI disejumlah wilayah baru di daerah ini seperti semakin meluap kepermukaan dan sulit teratasi, seperti yang terjadi diwilayah Kecamatan Ongka Malino, Kecamatan Lambunu, Kecamatan Taopa dan Moutong.
Sementara itu , dugaan adanya aktivitas PETI diwilayah Kecamatan Parigi Barat dan Kecamatan Ampibabo masih tetap berlangsung.
Bahkan, seorang Kapolsek yang diwilayah kerjanya marak pertambangan emas ilegal dengan puluhan alat berat tampak pasrah berhadapan dengan pemodal. ” Maaf,kami hanya anak buah,tidak bisa berbuat banyak ” keluhnya saat berbincang singkat dengan media ini.
Kini, AKBP Hendrawan Agustian Nugraha telah dilantik Kapolda Sulteng, Irjen Pol.Agus Nugroho selaku Kapolres Parigi Moutong.
Ditemui awak media usai mengikuti prosesi serah terima jabatan dihalaman Mako Polres Parigi Moutong, AKBP Hendrawan Agustian Nugraha, mengaku akan mempelajari terkait hal ini.
“Saya perlu pelajari lebih dulu, apakah masih berjalan atau sudah ditindaki. Saya masih baru, saya masih perlu ketemu dengan rekan-rekan anggota terlebih dahulu. informasi dari rekan-rekan wartawan akan jadi masukan buat saya pribadi, kita share dengan apa yang telah dilakukan anggota selama ini. Kemudian kita buatkan pola seperti apa untuk penyelesaiannya. Saya masih baru, Ingatkan saya nanti,” ungkap AKBP Hendrawan Agustian Nugraha (Selasa, 06 Mei 2025).
AKBP Hendrawan menegaskan dirinya bakal menindak tegas anggotanya, jika terbukti terlibat dalam aktivitas PETI.
“Kita tindak. Tidak serta merta langsung kita tindak, tapi kita tegur dulu seperti apa perannya, sejauh mana ia berperan disitu, apakah sebagai pelaku usaha langsung atau dia hanya sekedar ‘main’ disitu, atau lain sebagainnya. Kita lihat dulu, perannya seperti apa,” tegasnya.
Semoga apa yang diucapkan AKBP Hendrawan adalah angin segar penanganan kasus PETI di bumi Parigi Moutong, bukan sekedar Angin Palsu yang berhembus ibarat kentut .
Bunyinya didengar,baunya dicium tetapi akhirnya hilang diterpa angin Sepoi Sepoi diruangan Cukong dan beking yang ber AC.***
Pewarta : Heru
